Sabtu, 29 Oktober 2011

Tampakkanlah Nikmat Allah....

 Tampakkanlah Nikmat Allah....


Jumat, 28 Oktober 2011 09:00  

Muhammad Abduh Tuasikal Belajar Islam 

 
AddThis Social Bookmark Button
Cetak PDF
syukur_nikmatBagian syukur dari nikmat adalah dengan menampakkan nikmat tersebut secara lahiriyah. Bukan malah kita menjadi orang pelit dan pura-pura “kere” (miskin). 
Kalau memang Allah beri kelapangan rizki, nampakkanlah nikmat tersebut pada makanan dan pakaian kita.
Allah Ta’ala berfirman,
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan.” (QS. Adh Dhuha: 11).


Berikut beberapa pendapat ulama mengenai ayat di atas.
Dari Abu Nadhroh, ia berkata,
كان المسلمون يرون أن من شكر النعم أن يحدّث بها.
“Dahulu kaum muslimin menganggap dinamakan mensyukuri nikmat adalah dengan seseorang menyiarkan (menampakkan) nikmat tersebut.” Diriwayatkan oleh Ath Thobari dalam kitab tafsirnya, Jaami’ Al Bayaan ‘an Ta’wili Ayyil Qur’an (24: 491).
Al Hasan bin ‘Ali berkata mengenai ayat di atas,
ما عملت من خير فَحَدث إخوانك
“Kebaikan apa saja yang kalian perbuat, maka siarkanlah pada saudara kalian.” Disebutkan oleh Ibnu Katsir, dari Laits, dari seseorang, dari Al Hasan bin ‘Ali (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 387).


Tentu saja nikmat atau kebaikan disampaikan pada orang lain jika mengandung maslahat, bukan dalam rangka menyombongkan diri dan pamer atau ingin cari muka (cari pujian, alias “riya’ “).

Lihat perkataan Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di dalam kitab tafsirnya, “Yang dimaksud dalam ayat tersebut mencakup nikmat din (akhirat) maupun nikmat dunia.
Adapun “fahaddits” bermakna “pujilah Allah atas nikmat tersebut”. Bentuk syukur di sini adalah dengan lisan dan disebut khusus dalam ayat, dibolehkan jika memang mengandung maslahat. Namun boleh juga penampakkan nikmat ini secara umum (tidak hanya dengan lisan). Karena menyebut-nyebut nikmat Allah adalah tanda seseorang bersyukur. Perbuatan semacam ini membuat hati seseorang semakin cinta pada pemberi nikmat (yaitu Allah Ta’ala). Itulah tabiat hati yang selalu mencintai orang yang berbuat baik padanya.” (Taisir Al Karimir Rahman, 928)

Ulama besar dari negeri ‘Unaizah, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin dalam tafsir Juz ‘Amma menjelaskan, “Tahadduts ni’mah (menyebut-nyebut nikmat Allah) adalah dengan ditampakkan yaitu dilakukan dalam rangka syukur kepada pemberi nikmat (yaitu Allah Ta’ala), bukan dalam rangka menyombongkan diri pada yang lain. Karena jika hal itu dilakukan karena sombong, maka itu jadi tercela.”

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz rahimahullah memberikan penjelasan menarik tentang ayat di atas.
Beliau rahimahullah berkata, “Allah memerintahkan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menyebut-nyebut nikmat yang Allah berikan. Nikmat itu disyukuri dengan ucapan dan juga ditampakkan dengan amalan.
Tahadduts ni’mah (menyiarkan nikmat) dalam ayat tersebut berarti seperti seorang muslim mengatakan, “Alhamdulillah, saya dalam keadaan baik. Saya memiliki kebaikan yang banyak. Allah memberi saya nikmat yang banyak. Aku bersyukur pada Allah atas nikmat tersebut.”

Tidak baik seseorang mengatakan dirinya itu miskin (fakir), tidak memiliki apa-apa.
Seharusnya ia bersyukur pada Allah dan tahadduts ni’mah (siarkan nikmat tersebut).
Hendaklah ia yakin bahwa kebaikan tersebut Allah-lah yang memberi. Jangan ia malah menyebut-nyebut dirinya itu tidak memiliki harta dan pakaian. Janganlah mengatakan seperti itu.

Namun hendaklah ia menyiarkan nikmat yang ada, lalu ia bersyukur pada Allah Ta’ala. Jika Allah memberi pada seseorang nikmat, hendaklah ia menampakkan nikmat tersebut dalam pakaian, makanan dan minumnya. Itulah yang Allah suka. Jangan menampakkan diri seperti orang miskin (kere). Padahal Allah telah memberi dan melapangkan harta.
Jangan pula ia berpakaian atau mengonsumsi makanan seperti orang kere (padahal keadaan  dirinya mampu, pen).
Yang seharusnya dilakukan adalah menampakkan nikmat Allah dalam makanan, minuman dan pakaiannya. Namun hal ini jangan dipahami bahwa kita diperintahkan untuk berlebih-lebihan, melampaui batas dan boros.” [Majmu’ Fatawa wa Maqolaat Mutanawwi’ah, juz ke-4, http://www.ibnbaz.org.sa/mat/32]

Semoga kita diberi taufik untuk merealisasikan syukur kepada Allah.

Wallahu waliyyut taufiq.


@ Ummul Hamam, Riyadh KSA

Kebaikan....

http://www.facebook.com/topic.php?uid=121530834537281&topic=428


http://remajaislam.com/islam-dasar/kisah-teladan/


“Jika ada dua orang yang saling mencaci maka dosa perbuatan itu akan ditanggung orang yang memulainya selama orang yang dicaci tidak melampaui batas dalam membalas.” (HR. Abu Dawud) *


Rasulullah SAW bersabda : "Janganlah engkau memandang rendah bentuk apapun dari kebaikan, walaupun engkau hanya bertemu dengan saudaramu dengan muka manis."

(HR. Muslim)



Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian berjalan ke salah satu rumah dari rumah-rumah Allah SWT (masjid) untuk menunaikan salah satu dari kewajiban-kewajiban yang Allah SWT wajibkan, maka kedua langkahnya salah satunya akan menghapus dosa dan langkah yang lainnya akan mengangkat derajatnya."

(HR. Muslim)


Rasulullah SAW bersabda : "Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak mengasihani orang yang lebih muda dan tidak menghargai kehormatan orang yang lebih tua di antara kita."


(HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi)


“Sesungguhnya harta itu indah dan manis. Barang siapa mengambilnya dengan berlapang hati, maka akan diberikan berkah padanya. 
Barang siapa mengambilnya dengan kerakusan, maka Allah tidak memberikan berkah kepadanya”

(HR. Bukhari dan Muslim)


“Barang siapa yang menginginkan kekayaan tanpa harta, terselamatkan dari sifat iri dengki dan keselamatan dalam agama, hendaknya ia merendahkan diri di hadapan Allah ketika meminta kepada-Nya (dan mintalah kepada-Nya untuk) menyempurnakan akalnya.
Barang siapa yang akalnya telah sempurna, maka ia akan merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya. 
Barang siapa yang merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya, maka ia akan merasa kaya.

Dan barang siapa yang tidak merasa cukup dengan rezeki yang mencukupi hidupnya, maka ia tidak pernah merasakan kekayaan sama sekali” (Imam Kazhim).


Hindarilah berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yg paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata2i yg lain, janganlah saling mencari2 aib yg lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba2 Allah yg bersaudara. (HR.Muslim-4646)



“Jika ada dua orang yang saling mencaci maka dosa perbuatan itu akan ditanggung orang yang memulainya selama orang yang dicaci tidak melampaui batas dalam membalas.” (HR. Abu Dawud) *

Selasa, 11 Oktober 2011

Hadits tentang Ayah, Ibu, Anak, dan Keluarga




Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - 

Gema Insani Press

Ayah - Ibu - Anak - Keluarga


1. Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orang tua dan murka Allah pun terletak pada murka kedua orang tua. (HR. Al Hakim)


2. Seorang datang kepada Nabi Saw. Dia mengemukakan hasratnya untuk ikut berjihad. Nabi Saw bertanya kepadanya, "Apakah kamu masih mempunyai kedua orang tua?" Orang itu menjawab, "Masih." Lalu Nabi Saw bersabda, "Untuk kepentingan mereka lah kamu berjihad." (Mutafaq'alaih)

Penjelasan:
Nabi Saw melarangnya ikut berperang karena dia lebih diperlukan kedua orang tuanya untuk mengurusi mereka.

3. Rasulullah Saw pernah berkata kepada seseorang, "Kamu dan hartamu adalah milik ayahmu." (Asy-Syafi'i dan Abu Dawud)


Keterangan:

Terdapat satu riwayat yang cukup panjang berkaitan dengan hal ini. 
Dari Jabir Ra meriwayatkan, ada laki-laki yang datang menemui Nabi Saw dan melapor. Dia berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku ...." 
"Pergilah Kau membawa ayahmu kesini", perintah beliau. 
Bersamaan dengan itu Malaikat Jibril turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau. Jibril berkata: "Ya, Muhammad, Allah 'Azza wa Jalla mengucapkan salam kepadamu, dan berpesan kepadamu, kalau orangtua itu datang, engkau harus menanyakan apa-apa yang dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh telinganya. 
Ketika orang tua itu tiba, maka nabi pun bertanya kepadanya: "Mengapa anakmu mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil uangnya?" 
Lelaki tua itu menjawab: "Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah, bukankah saya menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (saudara ayahnya) atau khalati (saudara ibu) nya, atau untuk keperluan saya sendiri?"
Rasulullah bersabda lagi: "Lupakanlah hal itu. Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak pernah didengar oleh telingamu!" 
Maka wajah keriput lelaki itu tiba-tiba menjadi cerah dan tampak bahagia, dia berkata: "Demi Allah, ya Rasulullah, dengan ini Allah Swt berkenan menambah kuat keimananku dengan ke-Rasul-anmu. 
Memang saya pernah menangisi nasib malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya ..." 
Nabi mendesak: "Katakanlah, aku ingin mendengarnya." 
Orang tua itu berkata dengan sedih dan airmata yang berlinang: "Saya mengatakan kepadanya kata-kata ini: 'Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda. Semua hasil jerih-payahku kau minum dan kau reguk puas. 
Bila kau sakit di malam hari, hatiku gundah dan gelisah, lantaran sakit dan deritamu, aku tak bisa tidur dan resah, bagai akulah yang sakit, bukan kau yang menderita. Lalu airmataku berlinang-linang dan meluncur deras. 
Hatiku takut engkau disambar maut,padahal aku tahu ajal pasti akan datang. 
Setelah engkau dewasa, dan mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan, kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutamaan. 

Sayang..., kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan daku seperti tetangga jauhmu. 
Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu menempel di dirimu ..., seakan akan kesejukann bagi orang-orang yang benar sudah dipasrahkan.' 

Selanjutnya Jabir berkata: "Pada saat itu Nabi langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu seraya berkata: "Engkau dan hartamu milik ayahmu!" 

(HR. At-Thabarani dalam "As-Saghir" dan Al-Ausath).

4. Jangan mengabaikan (membenci dan menjauhi) orang tuamu. Barangsiapa mengabaikan orang tuanya maka dia kafir. (HR. Muslim)

Penjelasan:
Yang dimaksud kufur nikmat dan bukan kufur akidah.


5. Barangsiapa menisbatkan keturunan dirinya kepada selain ayahnya sendiri dan dia mengetahuinya bahwa dia bukan ayah yang sebenarnya maka surga diharamkan baginya. (HR. Muslim)

6. Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?" Nabi Saw menjawab, "ibumu...ibumu...ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu dan yang lebih dekat kepadamu." (Mutafaq'alaih).

7. Ibu dan Bapak berhak makan dari harta milik anak mereka dengan cara yang makruf. Seorang anak tidak boleh makan dari harta ibu bapaknya kecuali dengan ijin mereka. 
(HR. Ad-Dailami).

8. Barangsiapa berhaji untuk kedua orang tuanya atau melunasi hutang-hutangnya maka dia akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat dari golongan orang-orang yang mengamalkan kebajikan. (HR. Ath-Thabrani dan Ad-Daar Quthni).

9. Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." (HR. Ibnu Majah)

Penjelasan:
Kalau berbakti masuk surga dan kalau bersikap durhaka kepada mereka masuk neraka.

10. Apabila seorang meninggalkan do'a bagi kedua orang tuanya maka akan terputus rezekinya. (HR. Ad-Dailami)


11. Termasuk dosa besar seorang yang mencaci-maki ibu-bapaknya. 
Mereka bertanya, "Bagaimana (mungkin) seorang yang mencaci-maki ayah dan ibunya sendiri?" Nabi Saw menjawab,
"Dia mencaci-maki ayah orang lain lalu orang itu (membalas) mencaci-maki ayahnya dan dia mencaci-maki ibu orang lain lalu orang lain itupun (membalas) mencaci-maki ibunya. (Mutafaq'alaih)

12. Kedudukan seorang paman sebagai (pengganti) kedudukan ayahnya. (HR. Adarqothani)

13. Warisan bagi Allah 'Azza wajalla dari hambaNya yang beriman ialah puteranya yang beribadah kepada Allah sesudahnya. (HR. Ath-Thahawi).

14. Salah satu kenikmatan Allah atas seorang ialah dijadikan anaknya mirip dengan ayahnya (dalam kebaikan). (HR. Ath-Thahawi)

15. Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah-Islami). Ayah dan ibunya lah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (penyembah api dan berhala). (HR. Bukhari)

16. Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, " Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?" Nabi Saw menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatirnu)." 
(HR. Aththusi).


17. Cintailah anak-anak dan kasih sayangi lah mereka. 
Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rezeki. 

(HR. Ath-Thahawi).

18. Bertakwalah kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu. 
(HR. Bukhari dan Muslim)

19. Sama ratakan pemberianmu kepada anak-anakmu. 
Jika aku akan mengutamakan yang satu terhadap yang lain tentu aku akan mengutamakan pemberian kepada yang perempuan. (HR. Ath-Thabrani)

20. Barangsiapa mempunyai dua anak perempuan dan diasuh dengan baik maka mereka akan menyebabkannya masuk surga. (HR. Bukhari)

21. Anak menyebabkan kedua orang tuanya kikir dan penakut. (HR. Ibnu Babawih dan Ibnu 'Asakir).

22. Barangsiapa memelihara (mengasuh) tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan wajib baginya masuk surga. (HR. Ath-Thahawi).

23. Seorang ibu yang kematian tiga orang puteranya lalu berserah diri (pasrah) kepada Allah, rela dan ikhlas, maka dia akan masuk surga. (HR. Muslim)

24. Ajarkan putera-puteramu berenang dan memanah. (HR. Ath-Thahawi).


25. Setiap anak tergadai dengan (tebusan) akikahnya (seekor atau dua ekor kambing) yang disembelih pada umur tujuh hari dan dicukur rambut kepalanya (sebagian atau seluruhnya) dan diberi nama. (HR. An-Nasaa'i)


26. Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaklah dia bersilaturrahim (berhubungan baik dengan keluarga dekat) niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rezekinya, ditambah umurnya dan Allah memasukkannya ke dalam surga yang dijanjikanNya. 
(HR. Ar-Rabii').

27. Ibu mertua kedudukannya sebagai ibu. 
(HR. Tirmidzi dan Ahmad)


28. Abang yang tertua (sulung) kedudukannya sebagai ayah. (HR. Al-Baihaqi dan Ath-Thabrani)


29. Orang yang memutus hubungan kekeluargaan tidak akan masuk surga. (Mutafaq'alaih)


30. Rahim adalah cabang dari nama Arrahman (Arrahman Arrahim). Rahim mengucapkan keluhan dan pengaduan: 
"Ya Robbi, aku telah diputus (hubungan kekeluargaanku), aku telah diperlakukan dengan buruk oleh keluarga dekatku. Ya Robbi, aku telah dizalimi mereka, ya Robbi, ya Robbi." 
Lalu Allah menjawab: "Tidakkah kamu ridha Aku menyambung hubunganKu dengan orang yang menghubungimu dan Aku putus hubunganKu dengan orang yang memutus hubungannya dengan kamu. 
(HR. Bukhari)

31. Rasulullah Saw memberi uang belanja kepada keluarga beliau dari bagian rampasan perang yang menjadi hak beliau untuk kebutuhan rumah tangga selama setahun. Apabila ternyata ada kelebihannya maka uang itu diminta kembali dan dimasukkan ke dalam perbendaharaan negara (baitul maal). (HR. Ahmad)

33. Cukup berdosa orang yang menyia-nyiakan tanggungjawab keluarga. (HR. Abu Dawud).

32. Bukanlah dari golongan kami orang yang diperluas rezekinya oleh Allah lalu kikir dalam menafkahi keluarganya. 
(HR. Ad-Dailami)

Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press

Sumber dari : Milis uje_jamaah

Senin, 10 Oktober 2011

Empat Kejahatan Orang Tua Terhadap Anak

http://www.facebook.com/topic.php?uid=121530834537281&topic=428
http://remajaislam.com/islam-dasar/kisah-teladan/




Empat Kejahatan Orang Tua Terhadap Anak

   
Topic: Empat Kejahatan Orang Tua Terhadap Anak


    Ummu Aiman
    Rasulullah saw. sangat penyayang terhadap anak-anak, baik terhadap keturunan beliau sendiri ataupun anak orang lain.



Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. mencium Hasan bin Ali dan didekatnya ada Al-Aqra’ bin Hayis At-Tamimi sedang duduk.
Ia kemudian berkata, “Aku memiliki sepuluh orang anak dan tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka.”

Rasulullah saw. segera memandang kepadanya dan berkata, “Man laa yarham laa yurham, barangsiapa yang tidak mengasihi, maka ia tidak akan dikasihi.”
(HR. Bukhari di Kitab Adab, hadits nomor 5538).




    Bahkan dalam shalat pun Rasulullah saw. tidak melarang anak-anak dekat dengan beliau. Hal ini kita dapat dari
cerita Abi Qatadah,
“Suatu ketika Rasulullah saw. mendatangi kami bersama Umamah binti Abil Ash –anak Zainab, putri Rasulullah saw.—

Beliau meletakkannya di atas bahunya. Beliau kemudian shalat dan ketika rukuk, Beliau meletakkannya dan saat bangkit dari sujud, Beliau mengangkat kembali.”
(HR. Muslim dalam Kitab Masajid wa Mawadhi’ush Shalah, hadits nomor 840).

    Peristiwa itu bukan kejadian satu-satunya yang terekam dalam sejarah.
Abdullah bin Syaddad juga meriwayatkan dari ayahnya bahwa, “Ketika waktu datang shalat Isya, Rasulullah saw. datang sambil membawa Hasan dan Husain.
Beliau kemudian maju (sebagai imam) dan meletakkan cucunya. Beliau kemudian takbir untuk shalat. Ketika sujud, Beliau pun memanjangkan sujudnya.

Ayahku berkata, ‘Saya kemudian mengangkat kepalaku dan melihat anak kecil itu berada di atas punggung Rasulullah saw. yang sedang bersujud. Saya kemudian sujud kembali.’
Setelah selesai shalat, orang-orang pun berkata, ‘Wahai Rasulullah, saat sedang sujud di antara dua sujudmu tadi,
engkau melakukannya sangat lama, sehingga kami mengira telah terjadi sebuha peristiwa besar, atau telah turun wahyu kepadamu.’

Beliau kemudian berkata, ‘Semua yang engkau katakan itu tidak terjadi, tapi cucuku sedang bersenang-senang denganku, dan aku tidak suka menghentikannya sampai dia menyelesaikan keinginannya.”
(HR. An-Nasai dalam Kitab At-Thathbiq, hadits nomor 1129).

    Usamah bin Zaid ketika masih kecil punya kenangan manis dalam pangkuan Rasulullah saw. “Rasulullah saw. pernah mengambil dan mendudukkanku di atas pahanya, dan meletakkan Hasan di atas pahanya yang lain, kemudian memeluk kami berdua, dan berkata, ‘Ya Allah, kasihanilah keduanya, karena sesungguhnya aku mengasihi keduanya.’”

(HR. Bukhari dalam Kitab Adab, hadits nomor 5544).

    Begitulah Rasulullah saw. bersikap kepada anak-anak. Secara halus Beliau mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan anak-anaknya. Beliau juga mencontohkan dalam praktik bagaimana bersikap kepada anak dengan penuh cinta, kasih, dan kelemahlembutan.

    Karena itu, setiap sikap yang bertolak belakang dengan apa-apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., adalah
bentuk kejahatan kepada anak-anak. Setidak ada ada empat jenis kejahatan yang kerap dilakukan orang tua terhadap anaknya.




    Kejahatan pertama: memaki dan menghina anak

    Bagaimana orang tua dikatakan menghina anak-anaknya? Yaitu ketika seorang ayah menilai kekurangan anaknya dan memaparkan setiap kebodohannya.
Lebih jahat lagi jika itu dilakukan di hadapan teman-teman si anak. Termasuk dalam kategori ini adalah memberi nama kepada si anak dengan nama yang buruk.


    Seorang lelaki penah mendatangi Umar bin Khattab seraya mengadukan kedurhakaan anaknya.
Umar kemudian memanggil putra orang tua itu dan menghardiknya atas kedurhakaannya.
Tidak lama kemudan anak itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, bukankah sang anak memiliki hak atas orang tuanya?”

“Betul,” jawab Umar. “Apakah hak sang anak?” “Memilih calon ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang baik, dan mengajarkannya Al-Qur’an,” jawab Umar.
“Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya ayahku tidak melakukan satu pun dari apa yang engkau sebutkan.
Adapun ibuku, ia adalah wanita berkulit hitam bekas hamba sahaya orang majusi; ia menamakanku Ju’lan (kumbang), dan tidak mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” kata anak itu.


Umar segera memandang orang tua itu dan berkata kepadanya,
“Engkau datang untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, padahal engkau telah durhaka kepadanya sebelum ia mendurhakaimu. 

Engkau telah berbuat buruk kepadanya sebelum ia berbuat buruk kepadamu.”



    Rasulullah saw. sangat menekankan agar kita memberi nama yang baik kepada anak-anak kita. Abu Darda’ meriwayatkan bahwa    Rasulullah saw. bersabda,

    “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan nama-nama kalian dan nama ayah kalian, maka perbaikilah nama kalian.”
(HR. Abu Dawud dalam Kitab Adab, hadits nomor 4297).



   Karena itu Rasulullah saw. kerap mengganti nama seseorang yang bermakna jelek dengan nama baru yang baik.

Atau, mengganti julukan-julukan yang buruk kepada seseorang dengan julukan yang baik dan bermakna positif.
Misalnya, Harb (perang) menjadi Husain, Huznan (yang sedih) menjadi Sahlun (mudah), Bani Maghwiyah (yang tergelincir) menjadi Bani Rusyd (yang diberi petunjuk). Rasulullah saw. memanggil Aisyah dengan nama kecil Aisy untuk memberi kesan lembut dan sayang.

    Jadi, adalah sebuah bentuk kejahatan bila kita memberi dan memanggil anak kita dengan sebutan yang buruk lagi dan bermakna menghinakan dirinya.




    Kejahatan kedua: melebihkan seorang anak dari yang lain


    Memberi lebih kepada anak kesayangan dan mengabaikan anak yang lain adalah bentuk kejahatan orang tua kepada anaknya. Sikap ini adalah salah satu faktor pemicu putusnya hubungan silaturrahmi anak kepada orang tuanya dan pangkal dari permusuhan antar saudara.

    Nu’man bin Basyir bercerita, “Ayahku menginfakkan sebagian hartanya untukku. Ibuku –’Amrah binti Rawahah—kemudian berkata, ‘Saya tidak suka engkau melakukan hal itu sehingga menemui Rasulullah.’ Ayahku kemudian berangkat menemui Rasulullah saw. sebagai saksi atas sedekah yang diberikan kepadaku.

Rasulullah saw. berkata kepadanya, ‘Apakah engkau melakukan hal ini kepada seluruh anak-anakmu?’ Ia berkata,

‘Tidak.’
    Rasulullah saw. berkata,

    ‘Bertakwalah kepada Allah dan berlaku adillah kepada anak-anakmu.’
Ayahku kemudian kembali dan menarik lagi sedekah itu.”
(HR. Muslim dalam Kitab Al-Hibaat, hadits nomor 3055).




    Dan puncak kezaliman kepada anak adalah ketika orang tua tidak bisa memunculkan rasa cinta dan sayangnya kepada anak perempuan yang kurang cantik, kurang pandai, atau cacat salah satu anggota tubuhnya. Padahal, tidak cantik dan cacat bukanlah kemauan si anak. Apalagi tidak pintar pun itu bukanlah dosa dan kejahatan.

Justru setiap keterbatasan anak adalah pemacu bagi orang tua untuk lebih mencintainya dan membantunya.

    Rasulullah saw. bersabda,     “Rahimallahu waalidan a’aana waladahu ‘ala birrihi, semoga Allah mengasihi orang tua yang membantu anaknya di atas kebaikan.” (HR. Ibnu Hibban)




    Kejahatan ketiga: mendoakan keburukan bagi si anak




    Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda,


    “Tsalatsatu da’awaatin mustajaabaatun: da’watu al-muzhluumi, da’watu al-musaafiri, da’watu waalidin ‘ala walidihi; Ada tiga doa yang dikabulkan: doa orang yang teraniaya, doa musafir, dan doa (keburukan) orang tua atas anaknya.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash Shilah, hadits nomor 1828)


    Entah apa alasan yang membuat seseorang begitu membenci anaknya.
Saking bencinya, seorang ibu bisa sepanjang hari lidahnya tidak kering mendoakan agar anaknya celaka, melaknat dan memaki anaknya. Sungguh, ibu itu adalah wanita yang paling bodoh. Setiap doanya yang buruk, setiap ucapan laknat yang meluncur dari lidahnya, dan setiap makian yang diucapkannya bisa terkabul lalu menjadi bentuk hukuman bagi dirinya atas semua amal lisannya yang tak terkendali.


    Coba simak kisah ini. Seseorang pernah mengadukan putranya kepada Abdullah bin Mubarak. Abdullah bertanya kepada orang itu, “Apakah engkau pernah berdoa (yang buruk) atasnya.” Orang itu menjawab, “Ya.” Abdullah bin Mubarak berkata, “Engkau telah merusaknya.”



    Na’udzubillah! Semoga kita tidak melakukan kesalahan seperti yang dilakukan orang itu. Bayangkan, doa buruk bagi anak adalah bentuk kejahatan yang akan menambah rusak si anak yang sebelumnya sudah durhaka kepada orang tuanya.




    Kejahatan keempat: tidak memberi pendidikan kepada anak

    Ada syair Arab yang berbunyi, “Anak yatim itu bukanlah anak yang telah ditinggal orang tuanya dan meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan hina.

Sesungguhnya anak yatim itu adalah yang tidak dapat dekat dengan ibunya yang selalu menghindar darinya, atau ayah yang selalu sibuk dan tidak ada waktu bagi anaknya.”

    Perhatian. Itulah kata kuncinya. Dan bentuk perhatian yang tertinggi orang tua kepada anaknya adalah memberikan pendidikan yang baik. Tidak memberikan pendidikan yang baik dan maksimal adalah bentuk kejahatan orang tua terhadap anak. Dan segala kejahatan pasti berbuah ancaman yang buruk bagi pelakunya.

    Perintah untuk mendidik anak adalah bentuk realisasi iman. Perintah ini diberikan secara umum kepada kepala rumah tangga tanpa memperhatikan latar belakang pendidikan dan kelas sosial.

Setiap ayah wajib memberikan pendidikan kepada anaknya tentang agamanya dan memberi keterampilan untuk bisa mandiri dalam menjalani hidupnya kelak. Jadi, berilah pendidikan yang bisa mengantarkan si anak hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

    Perintah ini diberikan Allah swt. dalam bentuk umum.


    “Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” 
(QS. At-Tahrim: 6)


    Adalah sebuah bentuk kejahatan terhadap anak jika ayah-ibu tenggelam dalam kesibukan, sehingga lupa mengajarkan anaknya cara shalat. Meskipun kesibukan itu adalah mencari rezeki yang digunakan untuk menafkahi anak-anaknya.

Jika ayah-ibu berlaku seperti ini, keduanya telah melanggar perintah Allah di surat Thaha ayat 132. “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.”

    Rasulullah saw. bersabda,


    “Ajarilah anak-anakmu shalat saat mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (bila tidak melaksanakan shalat) pada usaia sepuluh tahun.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Shalah, hadits nomor 372).




    Ketahuilah, tidak ada pemberian yang baik dari orang tua kepada anaknya, selain memberi pendidikan yang baik.

Begitu hadits dari Ayyub bin Musa yang berasal dari ayahnya dan ayahnya mendapat dari kakeknya bahwa    Rasulullah saw. bersabda, “Maa nahala waalidun waladan min nahlin afdhala min adabin hasanin, tak ada yang lebih utama yang diberikan orang tua kepada anaknya melebihi adab yang baik.” (HR. Tirmidzi dalam Kitab Birr wash

Shilah, hadits nomor 1875. Tirmidzi berkata, “Ini hadits mursal.”)




    Semoga kita tidak termasuk orang tua yang melakukan empat kejahatan itu kepada anak-anak kita. Amin.




...................

Doa Bisa Mengubah Taqdir

Rabu, 28 September 2011

Doa Bisa Mengubah Taqdir

Dalam sebuah hadits Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan bahwa taqdir yang Allah ta’aala telah tentukan bisa berubah. Dan faktor yang dapat mengubah taqdir ialah doa seseorang.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلَّا الدُّعَاءُ وَلَا يَزِيدُ فِي الْعُمْرِ إِلَّا الْبِرُّ (الترمذي)

Bersabda Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam: “Tidak ada yang dapat menolak taqdir (ketentuan) Allah ta’aala selain do’a. Dan Tidak ada yang dapat menambah (memperpanjang) umur seseorang selain (perbuatan) baik.” (HR Tirmidzi 2065)


Subhanallah…! Betapa luar biasa kedudukan do’a dalam ajaran Islam. Dengan do'a seseorang bisa berharap bahwa taqdir yang Allah ta’aala tentukan atas dirinya berubah. 

Hal ini merupakan sebuah berita gembira bagi siapapun yang selama ini merasa hidupnya hanya diwarnai penderitaan dari waktu ke waktu. Ia akan menjadi orang yang optimis. Sebab keadaan hidupnya yang selama ini dirasakan hanya berisi kesengsaraan dapat berakhir dan berubah. 

Asal ia tidak berputus asa dari rahmat Allah ta’aala dan ia mau bersungguh-sungguh meminta dengan do’a yang tulus kepada Allah ta’aala Yang Maha Berkuasa.


قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ

“Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah ta’aala mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS Az-Zumar 53-54)

Demikianlah, hanya orang yang tetap berharap kepada Allah ta’aala saja yang dapat bertahan menjalani kehidupan di dunia betapapun pahitnya taqdir yang ia jalani. 

Ia akan senantiasa menanamkan dalam dirinya bahwa jika ia memohon kepada Allah ta’aala dalam keadaan apapun, maka derita dan kesulitan yang ia hadapi sangat mungkin berakhir dan bahkan berubah.


Sebaliknya, orang yang tidak pernah kenal Allah ta’aala dengan sendirinya akan meninggalkan kebiasaan berdo’a dan memohon kepada Allah ta’aala. Ia akan terjatuh pada salah satu dari dua bentuk ekstrimitas. 

Pertama, ia akan mudah berputus asa. Atau kedua, ia akan lari kepada fihak lain untuk menjadi sandarannya demi merubah keadaan. 

Padahal begitu ia bersandar kepada sesuatu selain Allah ta’aala –termasuk bersandar kepada dirinya sendiri- maka pada saat itu pulalah Allah ta’aala akan mengabaikan orang itu dan membiarkannya berjalan mengikuti situasi dan kondisi yang tersedia. Sedangkan orang tersebut dinilai sebagai seorang yang mempersekutukan Allah ta’aala dengan yang lain. Berarti orang tersebut telah jatuh ke dalam kategori seorang musyrik...!

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman, "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS Al-Mu’min 60)

Dan yang tidak kalah pentingnya bahwa seorang muslim tidak boleh pernah berhenti meminta kepadaNya, karena sikap demikian merupakan suatu kesombongan yang akan menjebloskannya ke dalam siksa Allah ta’aala yang pedih. Maka Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:

مَنْ لَمْ يَدْعُ اللَّهَ غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ

“Barangsiapa tidak berdo’a kepada Allah ta’aala, maka Allah ta’aala murka kepadaNya.” (HR Ahmad 9342)
Saudaraku, janganlah berputus asa dari rahmat Allah ta’aala. Bila Anda merasa taqdir yang Allah ta’aala tentukan bagi hidup Anda tidak memuaskan, maka tengadahkanlah kedua tangan dan berdo’alah kepada Allah ta’aala. Allah ta’aala Maha Mendengar dan Maha Berkuasa untuk mengubah taqdir Anda. Barangkali di antara do’a yang baik untuk diajukan sebagai bentuk harapan agar Allah ta’aala mengubah taqdir ialah sebagai berikut:


اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لِي دِينِي الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي وَأَصْلِحْ لِي آخِرَتِي الَّتِي فِيهَا مَعَادِي وَاجْعَلْ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلْ الْمَوْتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai istirahat untukku dari segala keburukan.” (HR Muslim 4897)

Sumber : http://www.eramuslim.com/suara-langit/ringan-berbobot/doa-bisa-mengubah-taqdir.htm

Rabu, 05 Oktober 2011

Keburukan...; Subhanalloh.....


Keburukan...; Subhanalloh.....


GUNJINGAN TERMASUK FAKTOR KEBENCIAN DAN PERMUSUHAN......

....."Sebelum melihat kejelekan orang lain, berkacalah dahulu pada diri sendiri....apakah kita sudah cukup baik?"....

gw punya catatan khusus tentang judul ini;
sesuatu yang menyisakan begitu banyak rasa sakit hati pada orang2 yg berkenaan;
terlebih pada aku yg terpaksa harus menyimpan sendiri kenyataan yg teramat buruk itu....

gw kenal sesorang;
dekat atau tidaknya hubungan orang itu denganku tidaklah penting;
sebab moral yg diperlihatkannya teramat buruk;....; atau keji;.dan juga menyisakan penyesalan cukup dalam

mengapa seseorang yg bermakna dalam hidup terpaksa harus memilih dia.....

dalam beberapa kesempatan aku terpaksa harus nebeng tumpangan kendaraan untuk mencapai tujuan lokasi yg searah;
tanpa awal yg jelas;orang itu memulai satu obrolan penggunjingan yg sesungguhnya sama sekali bukan sesuatu yg aku suka...


aku nggak doyan gunjingin orang;..nggak ada urusannya dgn aku...
lagipula;..kalo ada hal2 lain yg jauh lbh penting dan bermakna dibanding menggunjing;..mengapa harus memilih menggunjing orang lain?

apalagi yg digunjingkannya istri nya sendiri;
gw ya risih bgt aja;..gw nggak ada kepentingan apapun dengan bahan gunjingan itu;
bila si istri dikatakan cukup buruk;..apa pengaruhnya ke si istri bila komplen nya ke gw?....
gw risih bgt;...secara gw cuma sekedar numpang nebeng;...gw gk bisa ngapa2 in;..cuma bisa dengerin doang..
humm;...
mungkin dia ngerasa punya power dgn gw cuman numpang mobil dia...

tapi asli gw risih banget;

se umur2 gw gk doyan gunjingin orang lain;..ataupun jelek2 in orang...

wong gw aja ngerasa gw bukan sosok sempurna;
cuman segitu doang;...dan nggak berhak bersikap sombong dan lebih tinggi dibanding yg lain...

begitulah derita gw;
sepanjang perjalanan org itu puas bgt buruk burukin istri nya;
kalo dibilang ampe ngumpluk lah mulut nya;...

jangan salah;
gw nggak cuman sekali dua kali doang numpang mobil dia;
dan setiap kali nebeng itu acara nya ya sama;
dengerin tu orang gunjingin istri nya ampe ngumpluknya nggak ngerti musti di lap ke mana;

Subhanalloh;...

sementara durasi perjalanan juga nggak pendek;
bisa dua or tiga jam...

dan bekal perjalanan gw disupport ibu karena memang nggak dikasi anggaran perjalanan....
sehingga gw terpaksa juga ikut nebeng org itu utk ngirit pengeluaran....


ok deh;
dia/ orang itu pengin segera berangkat haji;
pengin jadi anggota dewan yg hebat dan jadi Pengusaha Parpol;
ya Subhanalloh lah;
tipe org yg gtu2 lah....;...ya standar anggota dewan juga kliatan kok di tipi2 yg kyk gimana tuh...


serba hebat bukan?
dan dia juga tipe yg cepat merespon berita yg buruk2 ttg org lain atau fitnah2 politisi yg bertebaran di media

dan serba kilat bertindak sebagai responden serba tahu yg memperluas fitnah dan se akan2 tahu bnyk kebenaran pasti opini2 yg digiringkan media milik politikus super tajir yg penuh rekayasa kyk gtu....

humm;...so childish n immature.....;
how come?
he s so old anyway....will u grow up soon?
kata gw nggak pantes amat....


.....Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim]...

kalo bekal niat haji mu dgn alas moralmu yg lumayan rendah dan picik dgn doyan buruk2 in istri di depan org lain yg tak ada urusannya dan hubungannya dengan niat semata memuaskan nafsu rendahmu;
kayak nya kok melenceng amat ya....

yg gw tau;
begitu seseorang berstatus menjadi istri maka tugas ddan kewajiban si suami untuk mengatur; mengajar  dan
mendidik akan seperti apa si istri sebagaimana sebaik baik yg diinginkannya;
katakan istri yg solekhah or else...

kalopun tetep or masih ada ganjalan karena ketakberhasilannya mengatur; memimpin  dan mengarahkan si istri;
jangan lalu menyebar2 kan aib kekurangan dan keburukan2 si istri kepada org lain yg sama sekali nggak ada urusan dan kepentingan terhadap hal itu...

tetapi itulah yg trejadi;...

dan gw jadi kambing congek yg jadi korban yg sepanjang perjalanan terpaksa harus mendengarkan semua cerita kebusukan2 si istri yg keluar dari mulutnya;

bayangin ;
perjalanan  lumayan lama; 2 hingga 3 jam;
dan kenyataan itulah yg gw hadapi.....

sepanjang perjalanan itu;..porsi waktu 70 persen untuk tema favoritnya yi memburukkan si istri;..20 persen untuk memburukkan adik perempuan si istri; dan sepuluh persen untuk memburukkan ibu si istri;...dikatakannya si ibu enggak bisa ngedidik anak anaknya sehingga seperti itulah produk yg dihasilkannya;...antara lain ya sosok si istri itu...
sedang ttg adik si istri;..dikatakan bahwa dia cukup beruntung istri nya tidaklah seburuk si adik;...masih lebih mendingan katanya.....

gw paling perih saat org itu jelek2 in si ibu;..secara si ibu juga notabene ibu kandungku sendiri; baik buruknya beliau biar aku yg ngurus;....
Subhanalloh...

ok lah; tentang dua yg lain aku nggak perlu cukup peduli;..toh antara mereka juga punya keburukan2 nya sendiri;
dan ku juga males ngurusin buruk2 nya org ;...toh masing2 punya urusan2 sendiri yg ber beda2....dan nggak saling bersinggungan..

tapi bila urusannya menyangkut ibu;...kok ya tega amat yaa.....
sehebat apa dia/ org itu bisa buruk2 in ibuku juga...
apa karena dia merasa udah cukup berhasil dan mapan dan secara material tercukupi;...sesuatu yg ibuku juga punya porsi amat besar membantunya mencapai semua itu.....

dikatakannya ibu udh jadi omongan tetangga;...bikin malu aja...
si tetangga bilang orang setua ibu kok dibiarkan masih pontang panting sibuk ngurusin kerjaan...; dan dia
mengiyakan mungkin juga ditambahain bumbu2 yg jauh lebih maknyusss....
ya namanya hobi gosip dan gunjing2 mau gimana lagi...
jebolan kampung gitu loo...

satu hal yg dilewatkannya dari kesukaan ibu masih suka memeriksa usaha dagangnya; beliau sudah pensiun pegawai negeri..;..ibu punya banyak teman2 yg baru bisa ditemuinya bila ibu datang ke tempat kerja..
di sana ibu bisa bersilaturahmi berbicara dan ngobrol temu kangen dan tukar kabar hal2 yg udh terjadi selama itu....
hal2 umum yg dibutuhkan setiap mahluk sosial ; berinteraksi; bercengkerama....
ibu merasakan hidupnya di sana;..gairahnya di sana;...sesuatu yg membuatnya merasa ada ; hidup; dan diperlukan...

ini bukan tentang materi;
tetapi ttg cinta dan kesukaan bertemu teman2 lama dan berkomunikasi;
juga kebutuhan akan aktifitas dan eksistensi sebagai manusia...

tapi hal itu lalu menjadi fitnah dari sudut pandang orang itu..; si X...

entah;
mungkin dia terbiasa melihat orangtuanya semata sosok yg terbiasa diam menunggu di rumah dan terbiasa tidak melakukan apapun dengan org2 lain dan merasa cukup dgn itu...

hanya saja hal itu menjadi fitnah luarbiasa karena berhubungan dengan ibuku yg kupikir gw cukup tau pola
pikirnya...
kasihan ibuku....;..menjadi topik panas ke 3 dalam kesukaannnya memburuk2 kan orang2 lain...

satu hal yg kucermati dari si X/ orang itu;
saat dia bersamaku; maka dia akan menjelek2 an si A; B dan si C.....
saat lain dia bersama A;..maka dia akan men jelek2 an aku;.si B dan si C...

jadi;
luar biasa polanya bukan...; tak ada lagi yg baik dan sempurna selain si X/ orang itu...


dia katakan usaha dagang ibuku bukan sesuatu yg mulia;..malah mungkin hina dina...
humm;..
aku bisa bilang apa?...;...nggak ada yg bisa dan perlu didebatkan dgn tipe manusia seperti itu;..luarbiasa
ngabisin energi; waktu dan pikiran;
dan yg pasti;..makan ati bangett...

humm;
gw cuman bisa istighfar....
mengapa cukup banyak manusia2 jenis ini di dunia yh....

dan ibuku memnag nggak punya banyak pilihan;
ada kekurangan yg membuatnya memilih si X...;selain dikejar deadline tenggat waktu...;..Subhanalloh...

aku cuma paham satu hal;
terserah kalo mau gunjingin yg lain2;..tapi jgn gunjingin ibuku di depanku...

aku cukup tau mengapa ibu memilih bekerja;
dan gairah yg dirasakannya dlaam bekerja;

dan itu bukan sesuatu yg buruk;...sesuatu yg nggak pernah diteladani oleh anak2 yg udh dilahirkannya...

entah karena merasa udh terlalu berlebih secara materi atau yg lain sehingga itu lalu terlihat atau dinilai sebagai sesuatu yg hina dan merendahkan diri...

gw bbrp kali berbincang dgn si X dan cukup mampu memetakan pola pikirnya yg bagi gw lumayan dangkal; picik; sempit dan kampung minded...
juga super arogan;

mungkin dia berfikir dia sudah lumayan berhasil;...;secara materi dan segalanya lumayan tercukupi;..sehingga
layak merendahkan orang2 lain yg selama ini punya peran mensupport nya lahir batin hingga mencapai posisi yg tinggi itu;
Subhanalloh....;dan ibuku lalu direndahkannya....

.....Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim]....

gw cukup punya hati;
dan tahu cara berterima kasih;....
bagiku terlalu menyakitkan untuk bisa atau harus selalu berkumpul dengan jenis manusia seperti itu;
ada terlalu banyak harga diri yang harus digadaikan;..juga perasaan...
dan itu terlalu menyakitkan....

dan hal itu selalu terulang dilakukannya setiap kali aku ikut nebeng tumpangannya;...bukan sekali dua kali saja;

ber kali2....

luar biasa bukan...
si istri toh sudah menjadi amanah penuh nya;
mau dididik dan dipimpin menuju apapun sudah menjadi kendalinya;
janganlah bila tidak cukup mampu memimpin; mendidik dan mengatur lalu membongkar2 urusannya kepada org2 lain;
se akan2 org lain juga menjadi bagian permasalahannya sendiri yg memang nggak mampu dan nggak becus mengatur rumah tangganya;..dalam hal ini istri nya.......
kerdil sungguh...


beri hamba kekuatan ya Tuhan...
hamba semata mahluk lemah dan hanya bisa bersandar kepada Mu...


gw memang sudah bicarakan dengan ibu tentang itu;
toh ini juga menyangkut banyak nama org yg di sebut2;..dan bukan tentang kebaikan...;artinya mmg ada ganjalan;
dan amat berat bagiku menyimpannya sendiri....; gw juga punya hati dan harga diri....

....Maka setiap muslim dan muslimah hendaknya waspada terhadap gunjingan dan saling menasehati untuk meninggalkannya,
hal ini sebagai bentuk ketaatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Lain dari itu hendaknya pula berambisi untuk menutupi aib saudaranya sesama muslim dan tidak menyingkapkan aib mereka,
karena gunjingan itu termasuk faktor kebencian, permusuhan dan perpecahan masyarakat.

Semoga Allah menunjukkan kaum muslimin kepada kebaikan......

.....“Artinya : Engkau membicarakan saudaramu tentang sesuatu yang ia tidak suka (bila itu dibicarakan)”

Ada yang bertanya, “Bagaimana bila yang aku katakan itu memang benar ada pada saudaranya ?” Beliau menjawab.
“Artinya : Jika memang benar bahwa yang kau katakan itu ada padanya, berarti engkau telah menggunjingnya, jika itu tidak ada padanya, berarti engkau telah berdusta tentangnya” [1]....



tulisan ini bermaksud agar kita bisa selalu menghargai orang lain dan mampu selalu melihat sisi-sisi baik dan positif orang lain dan bisa mendorong dan mengembangkannya meraih kebaikan dan kemajuan ; dan bukannya membuatnya makin terpuruk karena kegemaran menggunjing dan menjelek2 an orang lain....
selain hindari sifat pengecut meminjam tangan dan mulut orang lain karena tidak berani mengungkapkan dan melakukan satu hal sendiri secara berhadapan langsung......
dalam hal ini istri sendiri....

semoga bisa menjadikan pelajaran; walaupun amat pahit..

salam....



...................


 
 
BAHAYA GHIBAH / MENGGUNJING (Jawa : NGRASANI)

1.ARTI GHIBAH :
GHIBAH adalah membicarakan aib (kejelekan, baik fisik / apa yg dilakukan) / sesuatu hal yang tidak disukai / disenangi dari salah satu saudara mulsim kita (tidak termasuk kaum Nasara, Yahudi dan orang kafir).

Dari Abu Hurairah ra. katannya : Rasululloh SAW bersabda : “Taukah kamu, apa yang dikatakan GHIBAH ?” Jawab para sahabat : “Allah dan Rosulnya yang lebih tau.” Sabda Rasululloh SAW : 
“GHIBAH yaitu mempercakapkan saudaramu tentang hal yang tidak disukainya.” Ditanya kepada beliau : “Bagaimana jika apa yang kami percakapkan itu memang benar?” Jawab beliau Rasululloh SAW : “Jika yang kamu ucapkan itu ternyata benar berarti engkau menggunjing (Ghibah). Dan jika tidak benar berarti engkau melakukan suatu kebohongan tentang dirinya (membuat fitnah).” (Shahih Mulsim 2219)

2.ANJURAN MENUTUP AIB ORANG LAIN
Dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: 
"Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat; 
barangsiapa memudahkan seorang yang mendapat kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat; 
dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, Allah akan menutupi (aibnya) di dunia dan Akhirat; dan Allah selalu akan menolong hambanya selama ia menolong saudaranya." 
(Riwayat Muslim. Sumber: Kitab Hadits Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, Oleh : Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Ashqolani. Bab 16. Kitab Adab dan Kesopanan, Hadits ke-28)

Dari Anas ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Berbahagialah orang yang tersibukkan dengan aibnya, sehingga ia tidak memperhatikan aib orang lain." (Riwayat Al-Bazzar dengan sanad hasan. Sumber: Kitab Hadits Bulughul Maram Min Adillatil Ahkam, Oleh : Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Ashqolani. Bab 16. Kitab Adab dan Kesopanan, Hadits ke-73)

Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib - aib orang lain. (HR. Ad-Dailami. Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press, Bab Akhlak yang Buruk no.16)

Hadis riwayat Abu Hurairah ra.: Bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka adalah ucapan yang paling dusta. 
Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.” (Shahih Muslim No.4646)

3.HUKUM GHIBAH
Ghibah adalah Bagian daripada DOSA BESAR, karena mendapat ancaman dari ALLAH SWT, SURAT 49. AL HUJURAAT : 11 -12

11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. 
 
Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. 
Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

[1409]. Jangan mencela dirimu sendiri maksudnya ialah mencela antara sesama mukmin karena orang-orang mukmin seperti satu tubuh.
[1410]. Panggilan yang buruk ialah gelar yang tidak disukai oleh orang yang digelari, seperti panggilan kepada orang yang sudah beriman, dengan panggilan seperti: hai fasik, hai kafir dan sebagainya. (contoh lain : menyebut saudara muslim kita : “KREMBUG”, “PUNEL”, “BUDI HANDUK”, “SEMANGKA”, “JLITHENG”, dll)



12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.
(Contoh : ngrasani BOS / PIMPINAN (sesama muslim), membuat fitnah yang tidak benar, ngrasani teman yang menjadi saingan mencari JODOH, demo)

Dari Anas bin Malik ra, ia berkata Rasululloh SAW bersabda : “ketika aku di Mi’raj-kan aku melihat suatu kaum yang berkuku tembaga digunakan untuk mencakar muka dan dada mereka sendiri. Maka aku bertanya kepada Jibril, siapakah mereka itu, ia menjawab : mereka adalah orang yang memakan daging orang yang lain (sesama muslim) dan merusak kehormatan /harga diri mereka (sesama muslim)”. (Sunan Abu Dawud no 4878)

Suatu hari sahabat Abdulloh bin Mas’ud ra. Sedang duduk-duduk bersama Rasululloh SAW, tiba-tiba datang seorang laki-laki dan laki-laki tersebut meng-Ghibah / menggunjing (membicarakan aib saudaranya yang lain), lalu Nabi SAW berkata kepada laki-laki tersebut : “Bersihkan gigi mu”, lalu orang itu berkata : “Yaa Rasululloh, aku tidak memakan daging dan di gigiku pun tidak ada daging.” Sabda Rasululloh SAW, ketahuilah engkau baru saja memakan daging saudaramu sendiri.” (HR Ath –Thabrani)

Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasululloh SAW bersabda : “seorang muslim adalah saudara sesama muslim, karena itu janganlah menganiayanya, jangan membiarkannya teraniaya dan janganlah menghinanya. Taqwa tempatnya disini, sambil beliau menunjuk ke dalam dadanya 3x. Alangkah besar dosanya menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim HARAM menumpahkan darah sesama muslim (misal : di tampar / dicongor, kemudian luka dan keluar darahnya hingga terbunuh), HARAM merampas hartanya (missal : merampok, di curi) dan HARAM mencemarkan kehormatannya atas nama baiknya (misal : di gunjing, demonstrasi, di fitnah).” (Shahih Muslim no 2193)

4.TEMPAT ORANG YANG MELAKUKAN GHIBAH
SURAT 74. AL MUDDATSTSIR : 42-48
42. "Apakah yg memasukkan kamu ke dalam (neraka) Saqar?"
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ
42
43. Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan salat,
قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
43
dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin,
وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ
44
44. dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya (meng-ghibah),
وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ
45
45.dan adalah kami mendustakan hari pembalasan,
وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ
46
46. hingga datang kepada kami kematian".
حَتَّى أَتَانَا الْيَقِينُ
47
47. Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.
فَمَا تَنْفَعُهُمْ شَفَاعَةُ الشَّافِعِينَ
48

Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasululloh SAW bersabda : “siapa yang merusak nama baik atau merusak harta benda orang lain, maka minta maaflah kepada saudaranya (sesama muslim) sekarang ini sebelum dinar & dirham / mata uang tidak berlaku lagi (har kiamat). Jika ia mempunyai amal baik maka sebagian amal baiknya itu akan diambil sesuai dengan kadar aniaya yang dilakukannya. Kalau ia tidak mempunyai amal baik, maka dosa orang yang dianiaya itu diambil dan ditambah ke dalam dosanya.” (Shahih Bukhari no.1171)

Dari Abu Hurairah ra, katanya Rasululloh SAW bersabda : “Tahukah kamu apa arti mukhlis / bangkrut / pailit?” Jawab para sahabat, "Mukhlis menurut kami ialah orang yang tidak punya uang dan tidak punya harta." Sabda Nabi SAW, " Sesungguhnya orang yang bangkrut (mukhlis) dari umatku ialah (orang) yang datang pada hari kiamat dengan membawa amalan shalat, puasa dan zakat, dan membawa dosa karena dia pernah mencaci-maki (menggunjing/meng-ghibah) orang lain (sesama muslim), menuduh-nuduh orang, pernah memakan harta orang, pernah membunuh orang serta dia pernah memukul orang lain. Kemudian dia menanti orang ini menuntut dan mengambil pahalanya (sebagai tebusan) dan orang itu mengambil pula pahalanya. Bila pahala-pahalanya habis sebelum selesai tuntutan dan ganti tebusan atas dosa-dosanya maka dosa orang-orang yang menuntut itu diletakkan di atas bahunya lalu dia dihempaskan ke api neraka." (Shahih Muslim no.2211)

Selasa, 04 Oktober 2011

Bertanam Kebajikan...

...beberapa teman  bilang kalo mereka merinding saat membaca tulisan atau kumpulan tulisan -tulisan yang ada di blog ku;

...humm;...
gw bisa bilang apa?....;
kumpulan tulisan-tulisan di blog gw ini sedikit banyak bisa bercerita tentang apa dan siapa gw sebenarnya;
atau hal-hal yang kusukai atau kucermati dan mendapat banyak porsi  perhatian lebih dari kesukaan dan minatku pada beberapa hal;...

semua orang punya hobi; bukan...?
dan itu sesuatu yang baik;..bila memang tujuannya baik....
selain sarana mempertajam potensi diri;..juga berguna mengasah kemampuan kita pada banyak hal yg luarbiasa kaya tersembunyi di balik itu....

ya;...
kalo dibilang cukup ngabisin waktu;
selama masih bisa bagi2 waktu dgn kewajiban2 kita yg lain ya bagus2 aja lahh...
toh kita juga paham prioritas2 dalam hidup kita;...

beberapa seri tulisan di blog ini jujur gw sekedar ikut copas artikel2 menarik yg bertebaran di i-net;..sayang aja kalo gw gk ngopi;...kalo lain kali source nya udh gk ketemu;..gw yg nangis huhuhuuu....
ya;...
menebarkan kebaikan nggak ada salahnya kan;...biar damai dan subur di bumi...
gw suka tanaman;
dan kadang pas gw jalan di taman2 umum or fasum2 gitu suka liat aja tanaman bagus2;
dan pengin memilikinya di rumah;...sementara di taman or fasum mana ada penunggu yg jagain tanaman itu buat dimintai ijin utk minta;
alhasil gw potong aja/ stek bbrp utk gw bawa pulang dan ditanam di rumah...

ada yg bilang disitu gw kena pasal nyuri;...duh sadis bener si tante itu bilang gitu..
tanamannya aja nggak marah kok;..
IMHO;...dia malah senang dan bersyukur dia/ tanaman itu bisa ikut andil memperindah bumi di lokasi2 lain dgn penyebaran perantaraan manusia seperti al gw;.....


toh gw juga gk ngerusak atau bikin taneman itu lalu mati merana;
akan tumbuh tunas2 baru utk menggantikan bagian2 yg terpotong;
sementara di lokasi lain lalu tumbuh benih tanaman baru dari induk yg sama mencoba memperindah dan menghijaukan bumi;....


dan gw nggak akan ragu coba menyebarkan dan memperluas penyebaran tanaman2 indah itu di tempat2 lain.....


buat teman yg udh sempat merinding2;
mungkin itu juga pertanda baik;...
tanda warning ttg hal2 yg sempat terlalaikan sebelumnya;
dan petunjuk insya Allah kebaikan untuk hari2 selanjutnya.....


hum humm;...
tanaman itu tentu bersyukur dibantu penyebarannya untuk menyebarkan lebih banyak kebaikan dan kesuburan di tempat2 lain;

kurang lebih begitulah;

Salam......