Kamis, 29 September 2011

Jangan Jadi Orangtua Durhaka..

Jangan Jadi Orangtua Durhaka


by ('•. Dijalan Dakwah Kita Melangkah (Meraih Ridho Illahi) .•') on Monday, September 12, 2011 at 2:51pm




“dasar kamu anak durhaka”

hehe..dialog itu sering sekali terdengar di sinetron indonesia, tapi kali ini saya penasaran

bisakah orang tua jadi pihak yang durhaka?.

Nah lho ??

Tanya kenapa ???



Tulisan ini bukan saya buat supaya temen2 yang baca jadi mengukur-ngukur pernah ga didurhakai orang tua, hehe dan saya pun tidak bermaksud seperti itu, hanya saja saat pagi tadi memangku khaibar tiba2 terfikir, bisa saja saya yang pada akhirnya ga becus ngurus anak dan jadi orang tua durhaka. 
Hmm..jadi saya ingin mencari dan belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik, dan inilah hasil pencarian saya setelah searching2 akhirnya ketemu beberapa hadist yang mungkin bisa jadi petunjuk agar kita tidak menjadi orang tua yang durhaka, 

pertama:
 

    Bertakwalah kepada Allah dan berlakulah adil terhadap anak-anakmu. (HR. Bukhari dan Muslim)

bertakwa kepada Allah, jelas itu kuncinya agar menjadi orang tua yang sabar, ikhlas dan tawakal dalam mengurus anak.


berlaku adil.. ya..kalau nanti punya anak lebih dari satu insyaallah saya akan berusaha untuk selalu berlaku
adil. Hmm..terdengar mudah tapi pasti akan sulit ya. Kebayang, apa yang menurut kita adil belum tentu adil buat anak kita. Hmm..ada yang sudah merasakan? hehe..jadi teringat pernah membahas definisi adil kepada anak dengan seorang sahabat, adil bukan berarti sama rata tapi sesuai porsinya..uang  jajan anak SD sama anak SMP kan gak bisa disamakan


selanjutnya:

    Seorang datang kepada Nabi Saw dan bertanya, ” Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?” 
Nabi Saw menjawab,
“Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu).” (HR. Aththusi).


Memenuhi haknya untuk mendapatkan nama yang baik. hmm.. Khaibar Dzulfaqar Mardhiyya…, insyaallah nama itu adalah nama yang penuh do’a dari saya dan suami saya, banyak harapan kami terukir disana. Bismillah, semoga Allah memperkenankan..aamiin.


Mendidik adab yang baik..hmm..mendidik etika, empati, dan kemampuan menempatkan diri, tentunya yang utama adalah adab-adab seorang muslim, seremeh apapun itu, adab bertamu misalnya.

Tahukah kalau mengetuk/mengucap salam tidak boleh lebih dari tiga kali? ya..hal-hal seperti itu mungkin ya?.


Dan memberinya kedudukan yang baik dalam hatimu..i heart youuu khaibaaar, insyaAllah..lalu apa kabar jika ada anak yang dibunuh oleh ibu kandungnya sendiri atas nama rasa malu karena hasil perbuatan tidak terpuji? ibu durhaka kah ia? jangankan menyimpan anaknya dihatinya hatipun tak punya sepertinya.. naudzubillah..


Dan dalam suatu majelis Rasulullah mengingatkan para sahabat-sahabatnya,
    “Hormatilah anak-anakmu dan didiklah mereka.

Allah ‘Azza wa Jalla memberi rahmat kepada seseorang yang membantu anaknya sehingga sang anak dapat berbakti kepadanya.”

Salah seorang sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana cara membantu anakku sehingga ia dapat berbakti kepadaku?”
Nabi Menjawab, “Menerima usahanya walaupun kecil, memaafkan kekeliruannya, tidak membebaninya dengan beban yang berat, dan tidak pula memakinya dengan makian yang melukai hatinya.”


Menerima Usahanya walaupun kecil, subhanallah, ya, jadilah orang tua yang tidak sungkan mengucapkan “terima kasih” mungkin itu pesannya ya..

sekecil apapun kebaikan yang dilakukan anak kita penghargaan yang kita berikan mungkin akan membuatnya bisa melakukan hal yang lebih besar..

sebaliknya tidak menghargai usaha anak kita (yang kadang mungkin tidak kta sadari) menjadikan anak kita orang yang sama seperti perlakuan kita itu, kemungkinan besar ia dalam pergaulannya akan menjadi anak yang tidak bisa menghargai orang lain dan kitapun jatuh sebagai orang tua yang tidak memenuhi pesan Rasulullah ini..


Memaafkan kekeliruannya, belajar dari orangtua saya..ketika saya meminta maaf mereka berkata “bapak/ibu sudah

memaafkanmu sebelum kamu minta maaf” soo sweet sebagai timbal baliknya kitapun tidak boleh sungkan untuk mengakui

kesalahan kita dan meminta maaf pada anak bila kita memang bersalah..

miris mendengar teman berkata “selalu saja saya yang salah, sepertinya memang orang tua itu tidak pernah salah”

dan akhirnya bila ada kesalahan dia pun enggan untuk meminta maaf..


Tidak membebaninya dengan beban yang berat, hmm beban apa ya yang rasulullah maksudkan disini?
kalau dalam kekinian mungkinkah beban-beban macam target lulus kuliah (hehe) atau karir? atau, memaksakan anak diluar potensinya?
alhamdulillah, kuasa Allah dengan kebesaran dan keluasan ilmunya sekarang ada test sidik jari hehehe..

jadi kalau anak memang tidak berbakat matematika atau tidak pandai membuat karangan ya jangan dipaksa kalau potensinya bukan disana hehe..nyambung ga ya? hihi..



Dan tidak pula memakinya dengan makian yang menyakiti hatinya..
hmm..ya Allah jagalah lisan hamba dari memaki anak hamba..sekesal apapun hamba nanti jangan sampai hamba menyakiti hatinya..sebaliknya jadikanlah anak hamba anak yang shaleh sehingga tidak pernah membuat kesal ibunya

aammiiiin hehe bolehkan berdo’a seperti ini?


Dalam hadis Nabi SAW yang lain disebutkan,

Cintailah anak kalian dan sayangilah mereka! Jika kalian menjanjikan sesuatu untuk mereka, tepatilah janji itu
karena anak hanya melihat bahwa kalian memperlakukan mereka dengan baik.



Ya, janji..selalu tepatilah janji..
dulu saya pernah dijanjikan pergi ke gram*dia untuk beli buku ternyata tidak jadi..sedihnya luar biasa padahal saya sudah membayangkan bagaimana senangnya beli buku..walau sekarang sudah tidak sedih dan sakit hati lagi, tapi luar biasa ya..saya masih ingat kejadian saat saya umur 5 tahun ketika sekarang saya sudah hampir 25 tahun..masyaallah..



Rasulullah SAW bersabda,

    Didiklah anak kalian tentang tiga hal, cinta kepada nabi kalian, cinta kepada Ahlul Baitnya a.s., dan membaca Al-Qur’an.

Itu kunci utamanya, hal pertama yang harus kita kenalkan pada anak kita adalah Tuhannya Allah SWT..mengenalkan anak pada Tuhan secara tidak langsung mendidiknya untuk mematuhi semua perintah nya dan menjauhi segala maksiat dan hal-hal yang dilarang Tuhan nya..



sebenarnya masih banyak hadist2 lain tentang bagaimana memperlakukan anak sesuai dengan fitrahnya dan sesuai pengan perintah Allah dan sunah Rasulullah.. baru ketemu segini saja sudah linu saja rasanya pundak ini..

ya Rabbana..sulit tidak mudah ternyata menjadi orang tua..

semoga saya bisa menjadi bunda yang baik untuk khaibar anak saya dan semoga suami saya bisa menjadi ayah yang

baik untuknya, dan semoga khaibar (dan adik-adiknya kelak, insyaallah) menjadi anak yang shaleh..aamiin

wallahu’alam bi shawab

*tulisan dibawah hadist itu bukan maksud menafsirkan hadist lho ya..cuma itu lintasan2 fikiran saya saat membaca hadist tersebut..hadist2 tersebut saya kutip karena akan saya jadikan panduan menjadi orang tua yang baik..
( walau saya belum jadi orangtua sihhh ) insyaallah..dan mungkin bisa berguna juga buat yang membaca..

aamiin


http://id-id.facebook.com/notes/-dijalan-dakwah-kita-melangkah-meraih-ridho-illahi-/jangan-jadi-orangtua-durhaka/236169476433974

Rabu, 28 September 2011

PERJALANAN HIDUP MANUSIA..

http://www.facebook.com/pages/KISAHKU-TRUE-STORY/358042856285



Dari Ibn Mas’ud, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda: “Tidak akan masuk sorga, seseorang yang di dalam hatinya ada sebijih atom dari sifat sombong”.
Seorang sahabat bertanya kepada Nabi Saw: “Sesungguhnya seseorang menyukai kalau pakainnya itu indah atau sandalnya juga baik”.
Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Swt adalah Maha Indah dan menyukai keindahan.

Sifat sombong adalah mengabaikan kebenaran dan memandang rendah manusia yang lain” [HR Muslim]

"Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,
(yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.
Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaaan Rabbnya, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan;

orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)". (QS. Ar-Ra'ad : 19-22)

"Ya Allah, karuniakanlah untuk kami rasa takut kepadaMu yang dapat menghalangi kami dari bermaksiat kepada-Mu, dan (karuniakanlah untuk kami) ketaatan kepada-Mu yang dapat menyampaikan kami kepada surga-Mu, serta (karuniakanlah untuk kami) keyakinan hati yang dapat meringankan kami dari berbagai cobaan dunia."

Amin Allahuma Amin.


http://www.facebook.com/notes/kisahku-true-story/perjalanan-hidup-manusia/10150387963242069


PERJALANAN HIDUP MANUSIA

 

by "KISAHKU" (TRUE STORY) on Monday, September 26, 2011 at 8:07am


Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, penuh liku-liku, dan melalui tahap demi tahap. Bermula dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berhujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, syurga atau neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan setiap tahap dari perjalanan panjang manusia itu.

Al-Qur’an diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa terkecuali. Manusia yang diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt.


Rasulullah saw. semakin mengokohkan tentang kisah rihlatul insan. Disebutkan dalam beberapa haditsnya. “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang musafir” (HR Bukhari). Dalam hadits lain: ”Untuk apa dunia itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya” (HR At-Tirmidzi).



1. Alam Arwah

Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah swt. setelah sebelumnya Allah telah menciptakan makhluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan seisinya. Allah menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna. Karena, manusia diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan memakmurkannya.


Persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al A’raf: 172).


Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum: 30). Rasulullah saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan secara fitrah. Maka kedua orang tuannya yang menjadikan Yahudi atau Nashrani atau Majusi.” (HR Bukhari)




2. Alam Rahim

Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam rahim: 40 hari berupa nutfah, 40 hari berupa ‘alaqah (gumpalan darah), dan 40 hari berupa mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan ruh dan jadilah janin yang sempurna. Setelah kurang lebih sembilan bulan, maka lahirlah manusia ke dunia.


Allah swt. berfirman: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setitis mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Al-Hajj: 5)


Rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya seseorang dari kamu dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya 40 hari nutfah, kemudian ‘alaqoh selama hari yang sama, kemudian mudghoh selama hari yang sama. Kemudian diutus baginya malaikat untuk meniupkan ruh dan ditetapkan 4 kalimat; ketetapan rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagia.” (HR Bukhari dan Muslim)


Seluruh manusia di dunia apapun keadaan sosialnya diingatkan tentang awal kejadiannya yang berasal dari benda yang hina, yaitu sperma lelaki dan sel telur wanita. Manusia sebelumnya belum dikenal, belum memiliki kemuliaan dan kehormatan. Lalu apakah manusia akan bangga, congkak, dan sombong dengan keadaan sosial yang dialami sekarang jika mereka mengetahui asal mereka?

Setelah mencapai 6 bulan sampai 9 bulan atau lebih, dan persyaratan untuk hidup normal sudah lengkap, seperti pancaindra, akal, dan hati, maka lahirlah manusia ke dunia. Belum mengenal apa-apa dan tidak memiliki apa-apa.




3. Alam Dunia

Di dunia perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya minum susu ibu lalu tubuh menjadi kanak-kanak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal dunia. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang saat tiba-tiba saja untuk menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi, sebagian lagi saat masa kanak-kanak, sebahagian yang lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebahagian lainnya ketika sudah tua.


Di dunia inilah manusia bersama dengan jin mendapat taklif (tugas) dari Allah, yaitu ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manusia dibatasi oleh empat dimensi; dimensi tempat, yaitu bumi sebagai tempat beribadah; dimensi waktu, yaitu umur sebagai sebuah kesempatan atau target waktu beribadah; dimensi potensi diri sebagai modal dalam beribadah; dan dimensi pedoman hidup, yaitu ajaran Islam yang menjadi landasan amal.


Allah Ta’ala telah melengkapi manusia dengan pedoman hidup agar dalam menjalani hidupnya di muka bumi tidak tersesat. Allah telah mengutus rasulNya, menurunkan wahyu Al-Qur’an dan hadits sebagai penjelas, agar manusia dapat mengaplikasikan pedoman itu secara jelas tanpa keraguan. Sayangnya, banyak yang menolak dan ingkar terhadap pedoman hidup tersebut. Banyak manusia lebih memperturutkan hawa nafsunya dan tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.


Maka, orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang tinggi dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sedar bahwa detik-detik hidupnya amat berharga dan perlu digunakan untuk beramal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas dan kita tidak boleh menggunakan untuk hal-hal yang sia-sia apalagi perbuatan yang dibenci (makruh) dan haram.


Dunia dengan segala kesenangannya merupakan tempat ujian bagi manusia. Apakah yang dimakan, dipakai, dan dinikmati sesuai dengan aturan Allah swt. atau menyimpang dari ajaran-Nya? Apakah segala kemudahan yang diperoleh manusia dimanfaatkan sesuai mengikut perintah Allah atau tidak? Dunia merupakan medan ujian bagi manusia, bukan medan untuk pemuas kesenangan nafsu.

Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana hidup di dunia. Ibnu Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah saw. tidur diatas tikar, ketika bangun ada bekasnya. Maka kami bertanya: “Wahai Rasulullah saw., bagaimana kalau kami sediakan untukmu kasur.” Rasululah saw. bersabda: “Untuk apa (kesenangan) dunia itu? Hidup saya di dunia seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya.” (HR At-Tirmidzi)


Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Mereka akan meninggalkan segala sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh manusia tidak akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal perbuatan untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya.


Bagi orang beriman, kematian merupakan salah satu peringkat dalam kehidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek, sementara, melelahkan, dan menyusahkan untuk menuju akhirat yang panjang, kekal, menyenangkan, dan membahagiakan. Di surga penuh dengan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga, dan belum terlintas oleh pikiran manusia. Sementara bagi orang kafir, berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dunia 1.000 tahun lagi. Tetapi, sikap itu adalah sia-sia. Karena, kematian pasti akan datang menjemputnya.

4. Alam Barzakh

Alam berikutnya manusia akan memasuki alam kubur atau alam barzakh. Di sana mereka tinggal sendirian. Yang akan menemaninya adalah amal mereka sendiri. Kubur adalah taman dari taman-taman syurga atau lembah dari lembah-lembah neraka. Manusia sudah akan mengetahui nasibnya ketika mereka berada di alam barzakh. Apakah termasuk ahli syurga atau ahli neraka. Jika seseorang menjadi penghuni syurga, maka dibukakan baginya pintu syurga setiap pagi dan petang. Hawa syurga akan mereka rasakan. Sebaliknya jika menjadi penghuni neraka, pintu neraka pun akan dibukakan untuknya setiap pagi dan petang dan dia akan merasakan hawa panas neraka.


Al-Barra bin ’Azib menceritakan hadits yang panjang yang diriwayat Imam Ahmad tentang perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat dengan membawa kafan syurga. Kemudian datang malaikat maut duduk di atas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari jasadnya. Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain kafan surga dan diangkat ke langit. Penduduk langit dari kalangan malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah dan Allah memerintahkan pada malaikat: “Catatlah kitab hambaku ke dalam ’illiyiin dan kembalikan kedunia.” Maka dikembalikan lagi ruh itu ke jasadnya dan datanglah dua malaikat yang bertanya: Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik. Maka kemudian akan diberi alas dari syurga, mendapat kenikmatan di kubur dengan selalu dibukakan baginya pintu syurga, dilapangkan kuburnya, dan mendapat teman yang baik dengan wajah yang baik, pakaian yang baik, dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya.


5. Alam Akhirat

Dan rihlah berikutnya ialah kehidupan di hari akhirat dengan segala rinciannya. Kehidupan hari akhirat didahului dengan terjadinya Kiamat, berupa kerusakan total seluruh alam semesta. Peristiwa setelah kiamat adalah padang mahsyar, yaitu seluruh manusia dari mulai nabi Adam as. sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat. Saat itu matahari sangat dekat jaraknya sekitar satu mil, sehingga mengalirlah keringat dari tubuh manusia sesuai dengan amalnya. Ada yang sampai pergelangan kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pusat, ada yang sampai dada, bahkan banyak yang tenggelam dengan keringatnya.


Dalam keadaan yang berat ini manusia berbondong-bondong mendatangi para nabi untuk meminta pertolongan dari kesulitan yang maha berat itu. Tetapi semuanya tidak ada yang dapat menolong. Dan terakhir, hanya Rasulullah saw. yang dapat menolong mereka dari kesulitan mahsyar. Rasulullah saw. sujud di haribaan Allah swt. di bawah Arasy dengan memuji-muji-Nya. Kemudian Allah swt. berfirman: “Tegakkan kepalamu, mintalah niscaya dikabulkan. Mintalah syafaat, pasti diberikan.” Kemudian Rasululullah saw. mengangkat kepalanya dan berkata: “Ya Rabb, umatku.” Dan dikabulkanlah pertolongan tersebut dan selesailah mahsyar untuk kemudian melalui proses berikutnya.


Peristiwa berikutnya adalah hisab (perhitungan amal) dan mizan (timbangan amal) bagi manusia. Ada yang mendapatkan proses hisab dengan cara susah-payah karena dilakukan dengan sangat teliti dan rinci. Sebagian yang lain mendapatkan hisab yang mudah dan hanya sekadar formalitas. Bahkan sebagian kecil dari orang beriman bebas hisab.


Di antara pertanyaan yang akan diberikan pada manusia di hari Hisab terkait dengan masalah prinsip dalam hidupnya. Rasulullah saw. bersabda: “Tidak akan melangkah kaki anak Adam di hari kiamat sehingga ditanya 5 hal di sisi Allah: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana mencarinya, dan ke mana menginfakkannya, dan apa yang diamalkan dari ilmunya.” (HR At-Tirmidzi). Di masa ini juga dilakukan proses qishash, orang yang dizhalimi meng-qishash orang yang menzhalimi.


Kejadian selanjutnya manusia harus melalui titian shirat, yaitu sebuah jembatan yang sangat tipis dan mengerikan karena di bawahnya neraka jahanam. Semua manusia akan melewati jembatan ini dari mulai yang awal sampai yang akhir. Shirat ini lebih tipis dari rambut, lebih tajam dari pedang, dan terdapat banyak kala jengking. Kemampuan manusia melewati jembatan itu sesuai dengan amalnya di dunia. Ada yang lewat dengan cepat seperti kecepatan kilat, ada yang lewat seperti kecepatan angin, ada yang lewat seperti kecepatan burung, tetapi banyak juga yang berjalan merangkak, bahkan ramai manusia jatuh ke dalam neraka jahanam.


Bagi orang-orang yang beriman, akan minum telaga Rasulullah saw. yang disebut Al-Kautsar. Rasulullah saw. bersabda: “Telagaku seluas perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari misik, dan gayungnya sebanyak bintang di langit. Siapa yang meminumnya, maka tidak akan pernah haus selamanya.” (Muttafaqun ‘alaihi)


6. Syurga dan Neraka

Pada tahap yang terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah sebagian mereka masuk syurga dan sebagian masuk neraka. Syurga tempat orang-orang bertakwa dan neraka tempat orang-orang kafir, munafik dan fasik. Kedua tempat tersebut sekarang sudah ada dan disediakan. Bahkan, syurga sudah rindu pada penghuninya untuk siap menyambut dengan sebaik-baiknya sambutan. Neraka pun sudah rindu dengan penghuninya dan siap menyambut dengan hidangan neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan syurga dan neraka secara detail. Penyebutan ini agar menjadi pelajaran bagi kehidupan manusia tentang persinggahan akhir yang akan mereka diami.


Neraka adalah tempat yang penuh dengan siksaan. Percikan apinya jika diletak di dunia dapat membakar semua penghuni dunia. Minuman penghuni neraka adalah nanah dan makanannya zaqum (buah berduri). Manusia di sana tidak hidup karena penderitaan yang luar biasa, dan juga tidak mati karena jika mati akan hilang penderitaannya. Di neraka manusia itu kekal abadi.


Orang-orang beriman akan mendapatkan syurga dan kain sutra karena kesabaran mereka. Dalam syurga mereka duduk-duduk bersandar di atas dipan, tidak merasakan panas teriknya matahari dan dingin yang sangat. Mereka dinaungi pohon-pohon syurga dan buahnya sangat mudah untuk dipetik. Mereka juga mendapatkan bejana-bejana dari perak dan piala-piala minuman yang sangat bening. Mereka akan minum minuman syurga yang rasanya sangat nikmat yang didatangkan dari mata air surga bernama Salsabila. Di syurga juga ada banyak sungai yang berisi beraneka macam minuman, sungai mata air yang jernih, sungai susu, sungai khamr, dan sungai madu.


Penghuni syurga akan dilayani oleh anak-anak muda yang jika dilihat sangat indah bagaikan mutiara yang bertaburan. Syurga yang penuh dengan kenikmatan dan kerajaan yang besar. Orang beriman di syurga memakai pakaian sutra halus berwarna hijau dan sutra tebal, juga memakai gelang terbuat dari perak dan emas. Allah swt. memberikan minuman kepada mereka minuman yang bersih.

Dan yang tidak kalah nikmatnya iaitu isteri-isteri dan bidadari syurga. Mereka berwarna putih bersih berseri, bermata bulat, suci dan belum pernah disentuh oleh manusia dan jin.


Puncak dari segala kenikmatan di syurga adalah melihat Pencipta Seluruh Alam iaitu Allah S.W.T yang Maha Agung, Yang Maha Berkuasa, Yang Maha Pencipta dan Yang Maha Mulia. Segala puji-puji hanya untuk Allah S.W.T. (Janganlah kita mencoba untuk membayangkan Allah S.W.T. kerana nanti kita akan disesatkan oleh Iblis dan Syaitan).

Allah S.W.T akan memasukkan hamba–Nya ke dalam syurga dengan rahmat-Nya, dan syurga adalah puncak dari rahmat-Nya. Allah Ta’ala akan memasukan hamba-Nya ke dalam rahmat (syurga) berdasarkan rahmat-Nya juga. Disebutkan dalam hadits shahih: “Sesungguhnya Allah Ta’ala memiliki 100 rahmat. Diturunkan (ke dunia) satu rahmat untuk jin, manusia, dan binatang. Dengan itu mereka saling simpati dan kasih sayang. Dengan satu rahmat itu pula binatang buas menyayangi anaknya. Dan Allah swt. menyimpan 99 rahmat bagi hamba-Nya di hari kiamat.” (Muttafaqun alaihi) .


Maka, memang pasti nikmat syurga itu jauh lebih baik dari apa yang dibayangkan oleh manusia. Rasulullah saw. bersabda: “Allah swt. berkata, “Aku telah siapkan bagi hambaKu yang shalih sesuatu yang belum dilihat mata, belum didengar telinga, dan belum terlintas pada hati manusia” (Muttafaqun ‘alaihi).

Apakah kita hanya akan berpuas hati dengan mengejar satu rahmat Allah yang dibagi-bagi untuk seluruh penduduk dunia, sementara kita melalaikan 99 rahmat Allah yang disimpan untuk hari akhirat?

Renungkanlah..........

Sumber: Islam dan Iman.